Rabu, 06 Mei 2009

Prosedur Ganti Oli Mesin

Ritual yang wajib dilakoni agar mesin motor kesayangan tetap awet adalah dengan mengganti oli mesinnya, sesuai aturan. Bahkan sudah ditulis di buku servis dari pabrikan yang tidak boleh dilanggar; ganti setiap kelipatan 2.500 km.

Meski begitu, kadang motormania kerap mengabaikan hal tersebut. Efeknya, sudah pasti berakibat buruk bagi dapur pacu. Nah, agar tidak salah persepsi, kita ikuti panduan dari para ahli di bidangnya. Sok atuh Kang...

Batas Maksimum
Aturan ini, secara kasatmata bisa dilihat pada bak mesin atau crankcase. Nah, acuan ini pun kemudian jadi patokan para produsen oli dengan cara membuat takaran yang sama dalam kemasan olinya.

Tapi ya itu, tetap saja ada yang bandel. Harusnya 800 ml diisi penuh 1.000 ml, dengan alasan karena sayang akan sisanya “Pengisian harus ada antara low dan full”.

Jika batasan tersebut diabaikan, tak mustahil akan memicu terjadi kerusakan pada beberapa sektor lain. Terutama kerja pompa oli jadi berat akibat kepenuhan pelumas dan berimbas pada akselerasi motor menjadi lemot!

Panas Vs Dingin
Banyak motormania bertanya, enaknya ganti oli itu saat mesin panas atau dingin, ya? Tapi beberapa mekanik beranggapan, masing-masing punya plus minus. Contoh saat panas, kekentalan oli sedang berubah encer. Keuntungannya, kotoran yang larut di dalam mesin (ikut oli), akan terbuang lewat lubang pembuangan.

Cuma ya itu, gantinya mesti hati-hati. Jangan sampai tangan Anda malah tersengat panas. Atau kalau mau aman, ya saat kondisi hangat. Sebaliknya, saat memasang baut penutupnya, saat mesin dingin. Karena kalo sebaliknya, baut akan mudah patah.

Perlu Disemprot Kompresor?
Perlu! Gunanya untuk membuang lebih cepat sisa oli yang menempel di mesin, kompresor yang dianjurkan mesti terdapat filter untuk menyaring uap air karena uap tersebut mengandung air

Kalau gak ada filternya? Cukup dibungkus kain pada ujung semprotannya tapi jangan terlalu tebal, kalau enggak pakai bisa bikin karat jeroan mesin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar